Banggai Kepulauan (Kemenag Sulteng) - Wakil Bupati Banggai Kepulauan, Serfi Kambey menutup Festival Literasi Tahun 2025 di Taman Kota Salakan, Sabtu (04/10) malam. Festival yang mengusung tema “Literasi untuk Generasi Cerdas yang Kreatif dan Sejahtera” berlangsung lima hari sejak dibuka 30 September 2025.

Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Banggai Kepulauan, H. Sofyan Arsyad turut hadir dan memperoleh kehormatan menyerahkan hadiah bagi nominasi dan pemenang lomba Story Telling (bercerita/bertutur) tingkat SD dan SMP.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kab. Bangkep, Ramlin Hamid mengatakan festival literasi adalah bagian dari upaya meningkatkan budaya literasi masyarakat dan kualitas pelayanan perpustakaan daerah.

“Ini merupakan lanjutan dari beberapa kegiatan literasi sebelumnya, seperti bimtek kepenulisan dan bedah buku, serta akan dilanjutkan dengan pendaftaran naskah kuno khas daerah,” ujar Ramlin.

Sejumlah jenis lomba ditampilkan. Seperti lomba bertutur untuk siswa SD dan SMP serta pameran cipta karya seperti buku, komik, puisi, dan video pendek hasil kreativitas masyarakat.

Selain itu, festival literasi juga menyelenggarakan gelar wicara, dan pameran karya literasi, termasuk hasil transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial (TPBIS) dari 9 desa perwakilan kecamatan.

Usai penyerahan hadiah, Kakankemenag Kab. Bangkep H. Sofyan Arsyad menyampaikan apresiasi terhadap kegiatan festival literasi yang dihelat oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan. Melalui iven ini diharapkan, tingkat literasi masyarakat Bangkep meningkat. Meskipun, kata Sofyan, data BPS menunjukkan bahwa Bangkep berada di urutan pertama dalam Indeks Tingkat Gemar membaca (TGM) se Sulawesi Tengah tahun 2024.

Dibanding negara lain, Indonesia menempati peringkat rendah dalam kemampuan membaca. Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, hanya sekitar 10% dari populasi Indonesia yang gemar membaca buku.

Menurut Sofyan, berbagai faktor, seperti keterbatasan akses terhadap buku, kurangnya fasilitas perpustakaan, dan rendahnya motivasi membaca di kalangan siswa serta masyarakat umum, berkontribusi besar terhadap rendahnya literasi di Indonesia. 

Dan kondisi tersebut diperparah lagi dengan dominasi media sosial yang mengalihkan perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap buku dan bahan bacaan.