Palu (Kemenag Sulteng) – Kantor Kementerian Agama Kota Palu bekerja sama dengan Lembaga Penyiaran Publik (LPP) RRI Palu, menyelenggarakan dialog religi interaktif. Kesempatan ini menghadirkan narasumber JF Pranata Humas Kemenag Kota Palu, Dr. Muhammad Kasman, S.Sos.I., M.Pd. dengan presenter Wa Ode Rina Mustika, di LPP-RRI Palu, Rabu (16/11/2022).

JF Pranata Humas Kemenag Kota Palu, Muhammad Kasman mengungkapkan, secara tidak langsung munculnya era millenial menjadi sebuah tantangan sekaligus menjadi sebuah harapan bagi semua orang. Pada satu sisi, era milenial memunculkan generasi yang hidup tanpa jarak, ruang dan waktu yang menghalanginya.

“Dalam satu genggaman ruang, jarak dan waktu dapat dilampaui secara singkat. Jika tidak memiliki filter dan kontrol yang kuat terhadap perkembangan era millenial, bukan tidak mungkin generasi ini akan terpapar millenial effect, yakni dengan berbasiskan kecanggihan teknologi membuat sesuatu yang menyenangkan, dan mengagumkan,” ujar Kasman.

Selain itu, munculnya era millenial ini, idealnya segera direspon cepat oleh dunia pendidikan Islam. Hakikat dan tujuan dari pendidikan Islam sangatlah jelas, yakni menciptakan insan kamil. Butuh strategi tersendiri dalam mewujudkan tujuan pendidikan Islam di tengah-tengah pergumulan era millenial.

“Pendidikan Islam harus berani merekonstruksi atau mereformulasi paradigma pendidikannya, sehingga mampu tampil dan bersaing di tengah gelombang milenial,” ucapnya.

Menurutnya, pendidikan Islam di era millenial, menyimpan banyak pekerjaan, peluang dan tantangan yang harus diselesaikan dan dijawab. Salah satu diantaranya adalah generasi muda Islam telah banyak yang terpapar millenial effect, sehingga berdampak pada sikap dan perilaku yang muncul.

“Kecenderungan dan ketergantungan pada teknologi dan komunikasi menjadi fenomena yang paling sering terlihat. Peserta didik mulai banyak yang menghabiskan waktunya di depan telepon genggamnya. Silaturrahmi, tatap muka dan berdiksusi menjadi hal yang jarang terlihat,” terang Kasman.

Sementara itu, jika kondisi yang demikian, maka manusia akan cenderung berbuat bebas dengan mengesampingkan landasan spiritual, moral dan agama. Segala informasi diserap dan didapatkan melalui kecanggihan teknologi dan komunikasi, sehingga mengharuskan mereka untuk selalu on alat komunikasi.

“Apabila tidak terbiasa menggunakan alat komunikasi, maka orang tersebut akan dipersepsikan jauh dari informasi yang up to date. Hal ini dikarenakan era milenial menuntut kecepatan dan kemudahan dalam mengakses informasi,” jelasnya.

Ia menjelaskan, bahwa yang cenderung muncul pada generasi milenial yakni berprilaku instan dan pragmatis menyadarkan kita untuk segera bersikap dan melakukan langkah-langkah kongkrit agar tujuan pendidikan Islam tidak menyimpang, tetap terjaga dan konsisten di era millenial.

“Beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan Islam, pada dasarnya tidak pernah berada dalam ruang yang hampa. Olehnya itu tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan Islam adalah perwujudan atau realisasi nilai-nilai ideal yang terbentuk dalam personaliti atau pribadi umat manusia,” terangnya.

Dirinya menyebut, ajaran Islam memiliki dan menyimpan nilai-nilai yang sangat ideal untuk ditanamkan kepada umat manusia. Sehingga dalam tujuan pendidikannya pun, nilai-nilai ideal tersebut mesti diejawantahkan dan ditransfer kepada peserta didik agar nilai-nilai itu menjadi gugusan kepribadian.

“Pendidikan Islam perlu terintegrasi antara proses belajar di sekolah/madrasah dengan belajar di lingkungan masyarakat (Learning Society). Dalam konteks inilah, nilai-nilai ideal Islami yang melekat pada dimensi kehidupan manusia dapat berperan sebagai penyeimbang antara kepentingan dunia dan akhirat,” tandasnya.

Penulis Kasman