
Penyuluh Agama Islam Kota Palu diminta Tingkatkan Kualitas Kerja

Ket: Para penyuluh saat mengikuti pembinaan
Palu (Kemenag Sulteng) - Kepala Kemenag Kota Palu, Nasruddin L Midu menyampaikan pola maupun gaya hidup masyarakat di era millenial memerlukan teknik maupun pendekatan kepenyuluhan yang lebih efektif dalam pembinaan umat. Karenanya, penyuluh agama Islam diminta untuk terus meningkatkan kualitas kerjanya. Hal disampaikan saat melakukan pembinaan kepada para Penyuluh Agama Islam Kota Palu di Aula Kankemenag, Selasa (16/8).
Saat ini di Palu masih kekurangan 32 penyuluh agama, dimana idelanya satu kecamatan diisi oleh delapan orang penyuluh. Walaupun demikian, dirinya berharap lewat teknik pendekatan yang berkualitas kepada masyarakat, para penyuluh bisa menutupi kekurangan dari segi kuantitas para penyuluh itu sendiri.
Dirinya menambahkan, terdapat tiga aspek yang melatarbelakangi tantangan penyuluh saat ini. Pertama, di era millenial umat Islam dihadapkan dengan pemikiran liberal/sekuler. Kedua, tantangan bagi penyuluh untuk mendakwahkan Islam wasathiyah / moderat dan ketiga, Indonesia menjadi pasar berbagai macam ideologi yang datang dari luar. Di era millenial diperlukan figur penyuluh progresif yang tidak hanya memiliki kualifikasi qolbu, tetapi juga Ilmu, Sosial, Ekonomi dan Fisik.
Berdasarkan pejelasannya, seorang penyuluh tidak cukup hanya memiliki kualitas qolbu atau kebaikan hati saja. Keilmuan yang memadai merupakan alat utama yang wajib dikuasai penyuluh. Tanpa keilmuan maka seseorang tidak akan dapat menjadi penyuluh yang baik. Untuk dapat berinteraksi dengan baik, maka penyuluh harus mampu bersosialisasi dengan baik pula. Mengingat tugas penyuluh adalah di lapangan, faktor fisik merupakan modal penting untuk melakukan mobilisasi. Sedangkan faktor ekonomi merupakan pelengkap dari keempat komponen tersebut.
“Terdapat tiga tantangan utama dakwah di era millenial, yakni perubahan perilaku pada masyarakat, transmisi ajaran Islam dari penyuluh ke mad’u (objek dakwah) dan pada saat yang sama masyarakat yang menjadi objek dakwah pasti berinteraksi dengan pihak lain yang belum tentu membawa pesan baik, untuk itu penyuluh harus paham betul dengan kondisi masyarakat setempat, misalnya majelis taklim yang satu cocoknya materi moderasi yang satunya lagi mungkin materi preventif paham radikal, ”jelasnya.
Dirinya menegaskan bahwa, perubahan perilaku akibat pengaruh teknologi dan globalisasi harus disikapi secara arif dan bijaksana. Tantangan tersebut merupakan faktor utama yang harus dinetralisir melalui kearifan ilmu dan sikap. Setelah perubahan perilaku membaik, maka baru kemudian dapat terjadi transfer ajaran agama. Pengertian yang telah tertanam akan mendapat pengaruh dari interaksi dengan orang lain. Jika mad’u sudah tidak terpengaruh oleh masyarakat lain yang berbeda, maka tanda-tanda keberhasilan dakwah mulai nampak.
Sementara itu, Hader Siraju selaku Ketua Pokjaluh mengatakan agar para penyuluh mampu mengimpementasikan maksud Kakankemenag di masyarakat, dirinya juga berharap lewat pembinaan ini para penyuluh bisa mendapatkan solusi bagi persoalan-persoalan penyuluh kedepannya.
(Fuad)
- 1 Pemberitahuan Peserta Uji Kompetensi Remedial Kenaikan Jenjang/Perpindahan dari Jabatan Lain ke Jabatan Fungsional Bidang Kepegawaian Periode April 2025
- 2 Pengumuman Peserta Pengganti Hasil Akhir Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Kementerian Agama Republik Indonesia Tahun Anggaran 2024
- 3 Pengumuman Perubahan Status Peserta Seleksi PPPK Bagi Pelamar Tenaga Non ASN yang Aktif Bekerja di Instansi Pemerintah Republik Indonesia Tahun Anggaran 2024.
- 4 SE Menteri Agama No 2 Tahun 2025 tentang Panduan Penyelenggaraan Ibadah Ramadan dan Hari Raya Idulfitri 1446 H
- 5 SE KPK Nomor 7 tentang Pencegahan Korupsi dan Pengendalian Gratifikasi Hari Raya