
Merayakan Maulid Nabi Muhammad dalam perspektif Gen Z, Korelasi, Rancangan dan Peluang

Ket: Maulid Nabi Muhammad SAW
Penulis: Anjung Kusuma wati Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Adab Universitas Islam Negri Datokarama palu
Setiap 12 Rabiul Awal, umat Islam selalu memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Hari kelahiran beliau di Makkah pada Tahun Gajah (570 M) bukan cuma sekadar tanggal bersejarah. Lebih dari itu, Maulid jadi momen untuk ngaca bareng: sudah sejauh mana kita meneladani akhlak, sikap, dan perjuangan Rasulullah yang relevan sepanjang zaman.
Nah, buat Gen Z yang hidup di era serba digital, cara mikir, cara komunikasi, bahkan cara menjalani kehidupan beragama memang beda dibanding generasi sebelumnya. Pertanyaannya: apakah Maulid Nabi masih relate untuk Gen Z? Tantangan apa aja yang harus dihadapi? Dan peluang apa yang bisa dimanfaatkan biar kita tetap bisa nge-follow jejak Rasulullah SAW di dunia yang terus berubah?
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Artinya:
Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.
Ayat ini menegaskan bahwa setiap momentum, termasuk Maulid, hendaknya dijadikan ajang refleksi untuk meneladani akhlak Rasulullah.
A. Korelasi/ Relevansi Maulid bagi Generasi Z
Bagi Gen Z, Maulid Nabi tetap relevan karena menjadi wadah internalisasi nilai:
1. Teladan Akhlak – kejujuran, kepedulian, dan kepemimpinan Nabi bisa menjadi pedoman menghadapi krisis moral di era digital. Rasulullah SAW Bersabda:
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
(HR. Ahmad).
2. Digitalisasi dakwah – Perayaan Maulid kini tidak hanya berbentuk pengajian di masjid, tetapi juga kajian daring melalui YouTube, Zoom, atau podcast. Penelitian menunjukkan bahwa Gen Z aktif dalam menyebarkan nilai-nilai Islam melalui media sosial (banten.nu.or.id, 2024).
3. Sedekah digital – semangat berbagi di bulan Maulid kini dapat diwujudkan lewat donasi Online, sehingga pesan sosial dari perayaan semakin luas jangkauannya.
B. Rancangan
1. Distraksi budaya populer - tren hiburan digital sering membuat generasi muda lebih sibuk mengikuti challenge daripada mengikuti kajian maulid.
2. Formalisasi ritual – Ada kecendrungan maulid hanya dianggap sebagai acara seremonial, bukan refleksi nilai.
3. Hoaks keagamaan – Arus informasi cepat sering memunculkan konten agama yang dangkal dan tidak bersumber jelas.
Menurut Liputan6.com (2024), digitalisasi ibadah memberi peluang baru, tetapi juga membuka celah munculnya informasi keagamaan yang menyesatkan jika tidak diimbangi literasi digital.
C. Peluang
1. Dakwah kreatif – Gen Z dapat memanfaatkan Tiktok, Instagram Reels, atau YouTube Shorts untuk menyampaikan pesan Maulid dalam format singkat, menarik, dan mudah diakses.
2. Kolaborasi Komunitas – Perayaan Maulid bisa dikemas dengan kegiatan sosial, seperti bakti sosial, penggalangan donasi Online, atau program Kemanusiaan.
3. Internalisasi nilai Nabi – Maulid menjadi momen untuk menanamkan etika digital: komunikasi santun, menolak ujaran kebencian, dan menebarkan kedamaian.
Rasulullah SAW Bersabda:
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”
(HR. Ahmad).
Hadis ini relevan dengan peluang Gen Z menjadikan Maulid sebagai momen kontribusi sosial yang nyata.
Kesimpulan
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tetap relevan di era digital dan bahkan menemukan untuk bentuk baru dalam perspektif Generasi Z. tantangan seperti distraksi budaya populer dan hoaks harus dihadapi dengan literasi digital, sementara peluang besar terbuka melalui dakwah kreatif, kolaborasi sosial, dan penguatan akhlak Nabi. Dengan demikian, maulid tidak sekedar menjadi ritual tahunan, tetapi momentum regenerasi nilai yang sangat dibutuhkan di tengah dinamika zaman.