"Menanam Ilmu adalah Menanam Masa Depan", Pesan Penggerak di Apel Hari Santri Nasional Kota Palu
Ket: Dr. HS. Mohsen Alaydrus, MM, Ketua PB Alkhairaat, menyampaikan amanat kebangsaan sebagai Pembina Upacara dalam Apel Hari Santri Nasional 2025 Kota Palu di Lapangan Alkhairaat Pusat. (22/10/2025)
Palu (Kemenag Sulteng) - Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) Tahun 2025, Kementerian Agama Kota Palu bersama Majelis Pendidikan PB. Alkhairaat menggelar apel akbar yang berlangsung khidmat dan penuh semangat. Kegiatan yang dilaksanakan pada Rabu, 22 Oktober 2025, di Lapangan Alkhairat Pusat Palu ini dihadiri oleh ratusan santri, perwakilan pondok pesantren, serta seluruh pemangku kepentingan pondok pesantren di Kota Palu
Apel ini bukan sekadar seremonial, tetapi sebuah deklarasi komitmen untuk mengaktualisasikan nilai-nilai luhur kesantrian dalam menghadapi tantangan zaman. Suasana semakin hikmah diawali dengan pernyataan duka mendalam untuk 63 santri yang telah meninggal dunia dalam kejadian ambruknya gedung pesantren di Sidoarjo, mengingatkan semua yang hadir akan siklus kehidupan dan dedikasi para penuntut ilmu.
Tampak hadir dalam kesempatan tersebut, Kakankemenag Kota Palu Dr. H. Ahmad Hasni, M.Pd.I, perwakilan Pemerintah Daerah Kota Palu, Forkopimda Kota Palu, para pejabat eselon IV, Kepala Madrasah, Kepala KUA, dan segenap ASN di lingkungan Kementerian Agama Kota Palu.
Santri Merangkul Tradisi dan Teknologi
Yang membedakan apel kali ini adalah pesan visioner yang disampaikan oleh Pembina Upacara, Dr. HS. Mohsen Alaydrus, MM, selaku Ketua PB Alkhairaat. Dalam amanatnya, Dr. Mohsen menegaskan posisi strategis santri sebagai garda depan peradaban.
“Dari pesantren, lahir para tokoh besar bangsa, mulai dari pejuang kemerdekaan hingga pemimpin umat. Kini, banyak santri yang telah berkiprah di kancah internasional. Melalui tema Hari Santri tahun ini, santri harus hadir membawa nilai Islam rahmatan lil ‘alamin, sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam,” serunya di hadapan peserta apel.
Dr. Mohsen juga menekankan pentingnya adaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati diri. “Negara telah memberikan perhatian khusus kepada santri dan pesantren. Di era sekarang, santri harus melek teknologi. Rawatlah tradisi pesantren yang luhur, tetapi peluk juga perkembangan zaman. Tunjukkan bahwa santri bisa dan harus menjadi bagian dari solusi atas berbagai persoalan bangsa dan dunia,” pesannya.
Dia mengakhiri amanat dengan sebuah quote yang menggetarkan dan penuh makna,
“Barangsiapa yang menanam ilmu, maka dialah yang menanam masa depan. Untuk itu, jagalah dan hormati gurumu, cintai tanah airmu. Marilah kita terus berjuang bersama untuk menjaga Indonesia.”
Penampilan Seni dan Penghargaan untuk Santri Berprestasi
Usai apel, suasana lapangan berubah meriah dengan penampilan seni dan tari-tarian yang apik dari para santri, menunjukkan bahwa kreativitas dan budaya adalah bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan pesantren. Kemeriahan semakin lengkap dengan pemberian penghargaan kepada sejumlah santri berprestasi, baik di bidang akademik, seni, maupun tahfiz Al-Qur’an, sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan kerja keras mereka.
Makna Mendalam di Balik Apel Hari Santri
Di balik kemeriahan dan kekhidmatannya, Apel Hari Santri Nasional memiliki makna yang jauh lebih dalam. Peringatan ini adalah sebuah napak tilas perjuangan.
Secara historis, penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri merujuk pada Resolusi Jihad yang dicetuskan oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dari Nahdlatul Ulama (NU) pada 22 Oktober 1945. Resolusi inilah yang memicu semangat juang santri dan masyarakat untuk mempertahankan kemerdekaan, dengan puncaknya pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya yang kini kita kenal sebagai Hari Pahlawan.
Oleh karena itu, Apel Hari Santri bukanlah ritual biasa. Ia adalah bentuk penghormatan tertinggi dan pengingat akan pengorbanan darah dan nyawa para santri dalam mendirikan dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kegiatan ini menjadi penegas bahwa semangat jihad para santri kini diteruskan dalam bentuk lain: jihad melawan kebodohan, jihad memajukan bangsa, dan jihad menyebarkan perdamaian di tengah tantangan global.




