Morowali (Kemenag Sulteng) - Majelis taklim di Kabupaten Morowali didorong untuk tidak hanya menjadi tempat pengajian rutin, tetapi juga berperan sebagai wadah pemberdayaan perempuan yang cerdas, berkualitas, dan berdaya guna bagi masyarakat.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama (Kakankemenag) Kabupaten Morowali pada kegiatan Pembinaan Majelis Taklim bertema "Perempuan Cerdas, Majelis Taklim Berkualitas" yang diselenggarakan oleh Bimas Islam Kemenag Kabupaten Morowali, Selasa (22/7/2025). Kegiatan ini berlangsung di Gedung PLHUT Kementerian Agama Kabupaten Morowali dan diikuti oleh 30 peserta dari berbagai majelis taklim di wilayah tersebut.

Kegiatan turut menghadirkan dua pemateri eksternal, yakni Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan Ekonomi, Sosial Budaya Agama dan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) pada Badan Kesbangpol Kabupaten Morowali, Zulkifli, serta Pengurus Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Morowali, Burhanudin.

Dalam sambutannya, Kakankemenag Marwiah menekankan pentingnya peran pengurus majelis taklim sebagai teladan di tengah masyarakat.

"Kelompok atau pengurus majelis taklim menjadi wadah pemberdayaan perempuan dan menjadi contoh bagi masyarakat luas," ujarnya.

Ia menambahkan bahwa majelis taklim merupakan salah satu pilar penting dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya dalam membangun karakter perempuan muslimah yang cerdas dan mandiri. Menurutnya, majelis taklim bukan hanya tempat belajar agama, tetapi juga sarana mempererat ukhuwah, meningkatkan literasi, dan memperkuat peran perempuan dalam pembangunan sosial.

"Kami berharap, melalui pembinaan ini, para pengurus dan anggota majelis taklim dapat mengembangkan program yang inovatif, sesuai kebutuhan masyarakat, dan tetap menjaga nilai-nilai keislaman," tambah Marwiah.

Kabid Badan Kesbangpol Morowali Zulkifli dalam materinya menyampaikan bahwa majelis taklim memiliki posisi strategis sebagai organisasi kemasyarakatan dalam pembangunan karakter umat. Ia menekankan pentingnya meningkatkan peran kelembagaan agar lebih adaptif terhadap dinamika sosial.

Sementara itu, Burhanudin menyoroti perlunya penguatan manajemen organisasi di lingkungan majelis taklim. Menurutnya, tata kelola yang baik akan membuat majelis taklim berfungsi secara optimal, berkelanjutan, dan dapat memberikan dampak nyata bagi masyarakat.

Kegiatan ini diharapkan dapat memperkuat kapasitas majelis taklim, khususnya para pengurus dan anggotanya, agar dapat terus berkontribusi dalam pembinaan umat dan pembangunan masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai keislaman.

Dengan adanya pembinaan ini, majelis taklim di Morowali diharapkan semakin berkualitas dan menjadi wadah pemberdayaan perempuan yang cerdas, berdaya, dan bermanfaat bagi masyarakat luas.