Momentum Hari Guru: Kankemenag Bangkep Ajak Guru Perkuat Peran Mencetak Generasi Berkah
Ket: Kakankemenag Bangkep, H. Sofyan Arsyad saat memberikan materi
Banggai Kepulauan (Kemenag Sulteng) - Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banggai Kepulauan, H. Sofyan Arsyad, tampil sebagai pemateri utama dalam kegiatan Doa Bersama untuk Guru dan Refleksi Peran Guru dalam Mewujudkan Generasi Berkah Banggai Kepulauan. Kegiatan yang digelar dalam rangka memperingati Hari Guru Nasional, Selasa 25 November 2025, ini berlangsung khidmat di Pendopo Rumah Jabatan Bupati Banggai Kepulauan.
Acara tersebut diinisiasi oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kabupaten Banggai Kepulauan, dan turut dihadiri oleh Bupati Banggai Kepulauan, Sekda Bangkep, Kepala Kantor Kemenag Bangkep, perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Ketua IGI Bangkep, Ketua FKUB Bangkep, Kasi Pendis Kemenag Bangkep, Kepala KUA Kecamatan Tinangkung, serta para guru dari berbagai satuan pendidikan.
Dalam penyampaian materinya, Kakankemenag Bangkep H. Sofyan Arsyad menegaskan bahwa tanggung jawab guru tidak hanya berfokus pada aspek akademik, namun juga mencakup pembentukan karakter, moral, dan etika peserta didik.
“Profesi guru merupakan profesi yang mulia. Aturan menjadi guru jauh lebih ketat dibandingkan aturan menjadi siswa karena guru harus menjadi teladan. Guru itu harus suci di langit, suci di bumi,” tegas Sofyan.
Ia juga menggambarkan guru sebagai “nabi kecil di dunia”, yang dituntut untuk menjaga diri dari perbuatan tercela. Meski profesi guru tidak mudah, ia menekankan bahwa keikhlasan merupakan kunci agar ilmu yang diajarkan menjadi berkah.
“Orang yang tidak berkah ilmunya, semakin pintar semakin kurang ajar. Sebaliknya orang yang berkah ilmunya, makin pintar semakin tawadhu, seperti ilmu padi,” ujarnya.
Dalam refleksinya, Sofyan mengungkap sejumlah tantangan yang masih dihadapi dunia pendidikan, khususnya terkait ketersediaan guru. Menurutnya, rasio guru di Indonesia sebenarnya sudah baik, namun persebarannya tidak merata. Akibatnya, terjadi ketimpangan antara daerah perkotaan dan wilayah terpencil.
Hal tersebut membuat tidak sedikit guru mengajar mata pelajaran yang tidak linear dengan latar belakang pendidikannya. Selain itu, ia menyoroti bahwa sebagian orang memilih profesi guru bukan berdasarkan panggilan hati, melainkan keterpaksaan karena faktor ekonomi.
Kesejahteraan guru yang masih rendah, status karier yang belum jelas, serta minimnya jaminan perlindungan dan keamanan, menjadi faktor yang menurunkan minat generasi muda untuk memilih profesi ini. Padahal, menurutnya, guru adalah ujung tombak dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Di akhir paparannya, Sofyan mengajak para guru untuk terus meningkatkan kompetensi, terutama di bidang teknologi. Ia mengingatkan bahwa guru tidak boleh tertinggal dari peserta didik dalam hal literasi digital.
“Guru harus selangkah lebih maju dari siswanya. Bukan hanya untuk mengajarkan teknologi, tetapi juga memberikan pemahaman tentang etika berdigital. Teknologi tidak dapat menggantikan empati, akhlak, dan etika,” pesan Sofyan.
Kegiatan doa bersama ini sekaligus menjadi momentum memperkuat komitmen para guru dalam membangun generasi Banggai Kepulauan yang cerdas, berkarakter, dan berakhlak mulia.
.jpeg)
