Palu (Kemenag Sulteng) – Implementasi Kurikulum Merdeka yang diberikan kepada satuan pendidikan Madrasah sebagai opsi dalam rangka melakukan pemulihan pembelajaran pasca COVID 19.

Demikian disampaikan Kakankemenag Kota Palu, Nasruddin L. Midu dalam sambutannya pada kegiatan workshop implementasi kurikulum merdeka bagi kepala dan guru MI, MTs, dan MA terpadu An Nur Buuts Palu lingkup Kementerian Agama Kota Palu, di Aula Hotel Zamrud Kota Palu, Kamis (10/8/2023).

Menurutnya, kondisi dimana pandemi COVID-19 yang menyebabkan banyaknya kendala dalam proses pembelajaran di satuan pendidikan yang memberikan dampak yang cukup signifikan.

“Kurikulum 2013 yang digunakan pada masa sebelum pandemi menjadi satu satuanya kurikulum yang digunakan satuan pendidikan dalam pembelajaran. Masa pandemi Pemerintah mengeluarkan kebijakan penggunaan kurikulum Darurat yang disederhanakan menjadi rujukan kurikulum bagi satuan pendidikan”, ujar Nasruddin.

Dijelaskannya, penggunaan Kurikulum 2013 yang disederhanakan menjadi kurikulum darurat, memberikan kemudahan bagi satuan pendidikan dalam mengelola pembelajaran jadi lebih mudah dengan substansi materi yang esensial.

Olehnya itu, implementasi Kurikulum Merdeka yang gencar dilaksanakan saat ini, merupakan opsi bagi semua satuan pendidikan yang digunakan sebagai masa pemulihan pengajaran dan pembelajaran.

“Saya berharap agar seluruh tenaga pendidik di MI, MTs, MA terpadu An Nur Buuts Palu agar fokus untuk membina, membimbing siswa agar mendapatkan output yang bisa membanggakan nama Madrasah, salah satu tolak ukurnya ketika bisa berpartisipasi di KSM sampai ke tingkat Nasional”, tutur Kakankemenag.

Nasruddin menekankan akan pentingnya makna kalimat at-thariqah ahammu minal maddah. Metode lebih penting dari materi. Materi apapun yang disampaikan, jika menggunakan metode yang benar, maka akan dapat diterima para siswa dengan baik. Sebaliknya, materi yang telah dipersiapkan dengan matang, akan menjadi hampa, tanpa metode yang baik.

“Memang kalimat at-thariqah ahammu minal maddah penting, namun al-mudarris atau guru jauh lebih penting dari  thariqah atau metode. Bukan sekadar guru, namun ruhul mudarris atau jiwa seorang guru, itu yang sebenarnya lebih penting dari keduanya”, ucapnya.

Dalam lembaga pendidikan tepat diterapkan, at-thariqah ahammu minal maddah, wa al-mudarris ahammu minat thariqah, wa ruhul mudarris ahammu minal mudarris nafsihi. Kata-kata inilah yang terus ditanamkan kepada segenap siswa dan guru hingga saat ini, yang mendorong kemajuan sistem pendidikan dan pengajaran saat ini.

“Berkaitan dengan implementasi kurikulum merdeka tersebut, tentunya harus mengikuti perkembangan zaman dan perubahan kurikulum yang terjadi di Indonesia saat ini, yakni Kurikulum Merdeka. Kami mengapresiasi An Nur Buuts terpadu atas pelaksanaan workshop ini”, ungkapnya.

Sementara itu, laporan Kepala Madrasah yang diwakili oleh Wakamad Kurikulum mengungkapkan bahwa kegiatan ini kiranya dapat memberikan bekal pengetahuan, pemahaman terhadap guru dan semua materi terkait Kurikulum Merdeka. Sehingga apa yang diperoleh dari workshop ini siap untuk diterapkan An Nur Buuts terpadu.

Ia juga menyampaikan, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.

Mengakhiri laporannya, Dia mengharapkan agar semua peserta dapat mengikuti kegiatan dengan serius, sehingga pelaksanaan workshop kali ini memberikan manfaat, bukan hanya kepada Kepala dan Guru tetapi juga untuk Madrasah An Nur Buuts terpadu.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala seksi pendidikan Islam, Irsan, Ketua pokjawas, Alfian, pengawas pembina Nur alam dan Nurhayati Nadra, serta Kamad dan Wakamad Madrasah An Nur Buuts terpadu. (kasman)