Dari Arena Lomba ke Madrasah Kehidupan, Refleksi Penutupan MTQ ke-28 tingkat Kota Palu
Ket: Kecamatan Palu Selatan menerima penghargaan sebagai Juara Umum MTQ ke-28 Kota Palu. Kemenangan ini menjadi simbol prestasi, sekaligus bagian dari proses pembelajaran kolektif dalam "madrasah" MTQ, Rabu (5/11/2025)
Palu (Kemenag Sulteng) - Gelora persatuan dan semangat merawat kerukunan melalui nilai-nilai Al-Qur'an mengemuka dalam penutupan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-28 Tingkat Kota Palu, yang berlangsung di Kecamatan Ulujadi, Rabu (5/11/2025). Kecamatan Palu Selatan dinobatkan sebagai Juara Umum dalam ajang yang tidak hanya memperebutkan piala, tetapi juga untuk memperkuat tali silaturahmi antar masyarakat.
Acara penutupan yang dihadiri oleh sejumlah pejabat, tokoh agama, dan masyarakat ini ditandai dengan penyerahan penghargaan dan santunan kepada peserta tuna netra dari Baznas Kota Palu, menegaskan bahwa MTQ adalah milik semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas. Walikota Palu yang diwakili oleh Asisten III Bidang Administrasi Umum Setda Kota Palu, Eka Komalasari, secara resmi menutup gelaran yang telah berlangsung sukses.
Bukan Sekadar Piala, Tapi Madrasah Kehidupan
Di balik kemeriahan dan kompetisi, terselip pesan mendalam tentang hakikat MTQ itu sendiri. Dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Seksi Bimas Islam Kementerian Agama Kota Palu, Burhan Munawir, Kepala Kantor Kemenag (Kakankemenag) Kota Palu menekankan bahwa MTQ memiliki nilai strategis yang jauh melampaui sebuah perlombaan.
"MTQ bukan sekadar ajang untuk memperebutkan piala dan gelar. Ia adalah madrasah. Madrasah di mana kita belajar menghayati keindahan seni baca Al-Qur’an dan mendalami makna yang terkandung di dalamnya," kutip Burhan Munawir membacakan sambutan Kakankemenag.
Pernyataan ini mengangkat narasi MTQ dari even seremonial menjadi wahana pendidikan karakter. Sebagai "madrasah", MTQ diposisikan sebagai ruang pembelajaran publik untuk menginternalisasikan nilai-nilai universal Al-Qur'an, seperti kejujuran, toleransi, dan kasih sayang, dalam kehidupan sehari-hari.
Momentum strategis ini diperkuat dengan tema yang diusung: “Bergerak dalam Persatuan, Merawat Kerukunan dengan Nilai-Nilai Al-Qur’an”. Tema ini sengaja dipilih sebagai penuntun arah, bukan sekadar hiasan kata-kata.
"Tema MTQ tahun ini, 'Bergerak dalam Persatuan, Merawat Kerukunan dengan Nilai-Nilai Al-Qur’an', bukanlah sekadar rangkaian kata. Ia adalah sebuah manifesto, sebuah komitmen kolektif kita sebagai warga Kota Palu," tegas sambutan tersebut.
Dalam perspektif yang lebih luas, komitmen kolektif ini merupakan fondasi yang kokoh untuk merawat kerukunan umat beragama dan memperkuat persatuan nasional. Di tengah arus globalisasi dan tantangan modernitas, MTQ hadir sebagai penyeimbang yang mengingatkan kembali pada akar budaya dan spiritualitas bangsa Indonesia yang religius dan berbhineka tunggal ika.
Inklusivitas dan Kepedulian Sosial sebagai Cerminan Nilai Qur’ani
Nilai-nilai luhur yang digaungkan tidak hanya berhenti pada tataran wacana. Implementasinya terlihat nyata dalam pemberian santunan dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kota Palu kepada peserta tilawah dari kategori Cacat Netra. Langkah ini merupakan bentuk nyata dari semangat inklusivitas dan kepedulian sosial yang menjadi inti dari ajaran Al-Qur'an.
Kehadiran seluruh unsur Forkopimda, DPRD, serta tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam acara penutupan juga memperlihatkan bahwa MTQ telah menjadi platform pemersatu yang efektif, menjembatani komunikasi antara pemerintah dan masyarakat dalam bingkai nilai-nilai keagamaan.
Dengan ditutupnya MTQ ke-28 ini, yang tersisa bukan hanya daftar pemenang. Lebih dari itu, adalah semangat baru untuk menjadikan nilai-nilai Al-Qur'an sebagai panduan kolektif dalam "bergerak" membangun kota dan "merawat" kerukunan, yang pada akhirnya berkontribusi langsung pada ketahanan sosial dan spiritual bangsa.



