
SPD: Dari Desa Gagasan Transformasi Penyuluh Untuk Umat

Ket: Rahman Patiwi, S.Ag., CIC., CHt., Penyuluh Agama Islam Kemenag Banggai sekaligus Praktisi dan Konselor Parenting, Penulis Buku-buku Parenting, certified Indonesian Coach.
Sekolah Parenting Desa (SPD) lahir dari kesadaran mendalam bahwa bangsa ini tidak akan mampu melompat menuju kemajuan bila akar peradabannya rapuh. Dan akar itu bernama keluarga. Dari sanalah segala peradaban bermula. Bila keluarga lemah, bangsa pun tak mungkin berdiri kokoh menghadapi tantangan zaman.
Tersebutlah rumus sederhana yang bisa menjadi entry level-nya: Stunting = Gizi + Pengasuhan. Gizi yang baik tanpa pengasuhan tepat akan kehilangan makna. Sebaliknya, pengasuhan penuh cinta tanpa gizi memadai juga akan pincang. Kedua aspek ini bukan pilihan, melainkan pasangan tak terpisahkan yang menentukan kualitas tumbuh kembang seorang anak.
Namun, tantangan bangsa hari ini tidak berhenti pada stunting. Kita memasuki era digital dengan derasnya arus informasi yang sulit dibendung. Dari gawai kecil, anak-anak bisa memetik ilmu berharga. Tapi sayangnya, tidak sedikit yang justru terperangkap dalam sisi gelapnya.
Sementara, banyak orang tua yang malah bingung dan tak tahu harus berbuat apa untuk membantu membentengi anaknya. Era digital terus melesat dengan begitu cepat, sementara kompetensi orang tua tidak berbading lurus dengan perubahan yang begitu cepat sehingga menampakan jarak atau gap antara orang tua dan anak.
Di titik inilah SPD hadir untuk menampal gap yang membentang dengan sebuah masterpiece. Ia bukan sekadar sekolah biasa, melainkan gerakan transformasi peradaban. Ya, melakukan transformasi dari Parent Generic ke Parent Coach.
Dari sekedar orang tua biasa ke orang tua pelatih, yang mampu mewisuda banyak Parent Coach Desa. Dari desa, gagasan ini menyalakan obor perubahan. Desa dipilih karena ia adalah akar bangsa. Bila desa kokoh dalam pengasuhan, maka bangsa akan menuai kekuatan hingga ke level global.
Dari gagasan Sekolah Parenting Desa (SPD). Rahman Patiwi, S.Ag., CIC., CHt., Penyuluh Agama Islam Kemenag Banggai sekaligus Praktisi dan Konselor Parenting, Penulis Buku-buku Parenting, certified Indonesian Coach. Mengungkapkan “Program ini merupakan pilot project awal di tiga desa dengan membawa Visi: mencetak 1 juta Parent Coach Transformer menuju Indonesia Emas 2045,” Pungkasnya.
Dalam praktiknya, program ini akan dilaksanakan selama satu tahun, dengan kurikulum 12 modul, satu modul setiap bulan. Di akhir masa pembelajaran, peserta akan diwisuda menjadi Parent Coach Desa. Perannya sebagai “virus positif” yang menebar manfaat bagi lingkungan sekitar. Serta ada forum online alumni untuk menjaga semangat perubahan terus berkobar.
Gagasan ini menjadi momentum, diharapkan kelak mampu menjadi “Game Changer”. Dari desa kecil di Moilong, lahir gerakan peradaban untuk bangsa, dengan tekad yang menyala. Menurut para Kades, dalam waktu singkat akan di lakukan Kickoff launching sebagai tanda dimulainya gerakan transformasi peradaban.
Program ini lahir dimaksudkan sebagai aksi bersama menekan angka stunting, dan juga keprihatinan terhadap gelombang digital yang banyak menyeret anak dan remaja pada sisi gelap dunia maya. Sementara para orang tua kerap bingung dan tidak tahu harus berbuat apa untuk membentenginya.
Sebagai babak baru benteng ketahanan keluarga. Keseriusan terlihat dari Surat keputusan yang di keluarkan Kepala Desa Karya Jaya, Abdul Fathoni dengan SK: 141/025/PEM-KJ/IX/2025 menyatakan, “Program ini menjadi jawaban konkret atas keresahan kami. Kami ingin para orang tua di desa tidak hanya mengasuh, tetapi mampu melatih dan membimbing anak-anak mereka menghadapi dunia baru.” Begitu pula Kades Sumberharjo, Baron Hermanto dengan SK 141/025/SBHJ/2025 dan Kades Mulyoharjo, Dani, dengan SK 141/38/MHJ/2025, turut memberikan dukungan positifnya melalui legitimasi desa.
Sekretaris Camat Moilong, Sarpin, S.Tr. Kep. Nr menanggapi dengan sangat positif. “Laju pertumbuhan teknologi tidak berbanding lurus dengan kesiapan orang tua, sehingga gap terbuka lebar. Karenanya, diperlukan SPD untuk menjembatani kesenjangan itu”. Ungkapnya, saat acara serah terima konsep SPD dan tembusan berkas SK dari para kades, 16 September 2025 di kediamannya.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banggai, Drs. H. Suardi Kandjai, M.Pd., menilai SPD sebagai gerakan moral. “Keluarga adalah madrasah pertama anak. SPD menghidupkan kembali peran suci ini dengan pendekatan modern dan spiritual.”
Tak cukup sampai disitu, Bupati Banggai Ir. H. Amirudin Tamoreka, MM., AIFO, sangat mengapresiasi kegiatan ini. “Program ini sangat visioner. Moilong menunjukkan inovasi luar biasa dalam menjawab tantangan zaman. SPD adalah obor peradaban yang bukan hanya untuk Moilong, tapi juga layak direplikasi di desa-desa lain di Banggai.” Ujarnya singkat.
Penulis: Rahman Patiwi


