Kemenag Kab Parigi Moutong

Gelar Karya upacara Ngenteg Linggih Dan Mekebat Daun

kemenagparigi H. Mohamad Ahdal, S. Fil. I

28 April 2025 21:55:0


Umat Hindu Gelar Karya upacara Ngenteg Linggih dan Mekebat Daun


Parigi (Kemenag Sulteng) – Penyelenggara Bimbingan Masyarakat Hindu Kantor Kementerian Agama Kabupaten Parigi Moutong, I Nyoman Dana, menghadiri rangkaian Karya Mamungkah, Ngenteg Linggih, Mepedudusan Alit lan Mekebat Daun di Pura Maha Gotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR), yang terletak di Kotaraya, Kecamatan Mepanga, pada Senin, 28 April 2025.

Karya ini menjadi momen penuh makna spiritual dan sejarah, mengingat perjalanan panjang berdirinya pura tersebut sebagai tempat pemujaan dan pelestarian warisan leluhur Pasek di tanah rantauan.

Pura ini pertama kali digagas pada tahun 1976 oleh sekitar 30 warga Pasek yang bermukim di wilayah Kotaraya dan sekitarnya. Dengan semangat gotong royong dan bhakti yang tulus, mereka mulai membangun pelinggih pertama yang saat itu masih sangat sederhana, berbentuk turus lumbung.

Dalam sambutannya, I Nyoman Dana menyampaikan bahwa Pura Dadia Agung MGPSSR berfungsi sebagai tempat pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta segala manifestasinya, serta sebagai tempat penghormatan kepada para leluhur dari trah atau warga Pasek Sanak Sapta Rsi.

“Sebagaimana diketahui, seluruh warga Hindu dari Bali yang leluhurnya berasal dari tujuh Maha Rsi, atau Sapta Rsi, yang berasal dari tanah Jawa, disatukan dalam ikatan kekeluargaan yang disebut MGPSSR, yang diperkuat dengan tempat pemujaan bersama,” jelasnya.

Ia menambahkan, dengan dilaksanakannya upacara ini, diharapkan umat Hindu khususnya warga Pasek Sanak Sapta Rsi semakin meningkatkan sraddha dan bhakti dalam menapaki kehidupan yang sehat, damai, dan sejahtera. Selain itu, umat juga diharapkan memperkuat peran sebagai warga Sulawesi Tengah, khususnya Kabupaten Parigi Moutong, untuk memajukan daerah dari berbagai aspek dengan berlandaskan ajaran Tri Hita Karana, yakni:

1. Hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan.
2. Hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam.
3. Hubungan yang harmonis antara manusia dengan sesama.
4. Menjaga toleransi internal dan antarumat beragama.
5. Menjalin hubungan baik dengan pemerintah sebagai guru wisesa, serta mengembangkan sikap beragama yang moderat.

 

Pada kesempatan tersebut, juga dilakukan penandatanganan prasasti pura.

Sementara itu, Ketua Panitia Karya dalam sambutannya menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas semangat kebersamaan yang ditunjukkan oleh seluruh krama dan umat.

“Karya ini bukan hanya kewajiban spiritual, tetapi juga momentum kebangkitan rohani, penguatan jati diri umat, dan pemersatu warga Pasek,” ungkapnya.

Dengan semangat Tat Twam Asi, karya ini tidak hanya menjadi persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, tetapi juga menjadi jembatan kebersamaan antarumat Hindu yang tersebar di wilayah ini.

Di tengah arus perubahan zaman, upacara seperti ini menjadi bukti bahwa akar budaya dan keyakinan tetap tumbuh kuat dan memberi arah dalam kehidupan bermasyarakat.

Rangkaian karya suci ini telah dimulai sejak 12 April 2025 dengan upacara Negtegin sebagai penanda awal yadnya. Puncak karya berlangsung khidmat pada 28 April, dengan pelaksanaan upacara Ngenteg Linggih dan Mekebat Daun, yang merupakan inti yadnya, yakni mendudukkan kembali dan menyegarkan spiritualitas pura serta pelinggih.

Kegiatan ini dihadiri oleh Penjabat Bupati yang diwakili oleh Plt. Kepala Dinas Perizinan Terpadu, Ketua DPRD Kabupaten Parigi Moutong yang juga Ketua PHDI I Made Yastina, anggota DPRD yang juga Ketua WHDI Ni Wayan Lely Pariani, Penyelenggara Bimas Hindu Kemenag Parimo, Camat Mepanga, Kapolsek Tomini, Kepala Desa Kotaraya Timur dan Kotaraya Tenggara, serta unsur penting umat Hindu lainnya. Hadir pula pengurus Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) dari tingkat kabupaten hingga desa, pengurus pura se-Kecamatan Mepanga, dan pengurus MGPSSR Kabupaten Parigi Moutong.

(Ahdal)